Tuesday, August 7, 2018

Ketidaksadaran Kolektif : Arketip/Arketipe/Archetypes

Menurut Carl Gustav Jung, Struktur Kepribadian manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu:
  • Kesadaran
  • Ketidaksadaran Pribadi
  • Ketidaksadaran Kolektif
Nah, pada postingan ini, saya akan membahas mengenai ketidaksadaran kolektif yang berisi arketip-arketip (archetypes) yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan sejarah manusia. 


Ketidaksadaran kolektif adalah tempat terkumpulnya bekas-bekas ingatan laten atau tetap yang diwariskan atau diturunkan dari masa lalu leluhur seseorang. Biasanya meliputi ingatan mengenai sejarah ras manusia sebagai satu spesies tersendiri dan leluhur pramanusiawi atau nenek moyang ketika manusia masih berwujud hewan.

Ketidaksadaran kolektif berisi arketip-arketip. Arketip adalah jejak ingatan ras manusia akan suatu bentuk pikiran, ide, atau visi universal yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaran atau visi-visi yang dalam kehidupan sadar dan normal dikaitkan dengan pengalaman hidup yang nyata.
Beberapa arketip dianggap universal, seperti pahlawan (hero) dan orang tua bijaksana (wise oldman) dan kebanyakan arketip berkaitan satu dengan yang lain.


Berikut adalah arketip-arketip dominan yang seolah-olah terpisah dan membentuk satu sistem tersendiri.
  • Anima - Animus
  • Shadow
  • Persona
  • Self

1. Anima - Animus
             Merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat biseksual manusia (bedakan dengan biseksual yang terdapat pada istilah LGBT ya. Karena biseksual di LGBT mengarah pada orientasi seksual. Sementara biseksual yang ini adalah sifat.) dan memungkinkan berhubungan dengan lawan jenis. Arketip ini semacam sifat feminin dan maskulin yang terdapat pada individu.
             Anima adalah arketip sifat kewanitaan (feminin) pada laki-laki. Contoh sifat kewanitaan misalnya perhatian. Laki-laki yang memiliki sifat anima bisa bersikap perhatian layaknya seorang wanita.
             Animus adalah arketip sifat kelelakian (maskulin) pada perempuan. Contoh sifat kelelakian misalnya berpikir logis. Perempuan yang memiliki sifat animus bisa berpikir secara logis dalam mengolah informasi seperti laki-laki.


2. Shadow (bayang-bayang)
             Merupakan arketip yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah ke bentuk yang lebih tinggi. Shadow diibaratkan sebagai sifat jahat manusia seperti dendam, iri hati, dan serakah. Biasanya arketip shadow ini disembunyikan atau terkadang tidak ingin diakui.


3. Persona
            Merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta terhadap kebutuhan-kebutuhan arketipal sendiri. Jadi persona itu ibaratkan diri kita yang kita tunjukkan ke orang lain berdasarkan tuntutan lingkungan atau sosial tertentu. Contohnya, sifat ceria atau sering bercanda yang saya lakukan dengan teman-teman saya, padahal saya sedang memiliki masalah.


4. Self
             Self atau diri merupakan titik pusat kepribadian dan didefinisikan sebagai totalitas psikis individual. Sistem-sistem elemen kepribadian lain (kesadaran, ketidaksadaran pribadi, arketip) berkumpul dan berhubungan satu sama lain di sekitar self. Dengan adanya self ini, kepribadian manusia menjadi terintegrasi, seimbang, dan stabil. Jung menggambarkan self dalam bentuk sebuah mandala. Gambar di akhir bagian ini adalah contoh mandala self. 
             Self adalah tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan seorang manusia tetapi jarang tercapai. Tujuan hidup yang dimaksud bukan cita-cita biasa, tetapi untuk menjadi individu yang terintegrasi. Self merupakan arketip dari arketip, yaitu arketip yang di dalamnya berisi arketip-arketip lain seperti anima-animus, shadow, dan persona.
             Jadi, jika ingin menjadi individu yang utuh, diperlukan keseimbangan dalam setiap bagian struktur kepribadian.



Terima kasih telah membaca! Jika ada kritik dan saran bisa langsung komen :)

Friday, July 6, 2018

Positive Reinforcement: Further Distinction (Perbedaan lebih lanjut)

Positive reinforcement, seperti yang telah dijelaskan, merupakan konsekuensi penguatan tingkah laku dengan memberikan atau menambahkan reward atau hadiah yang disukai oleh subjek. Positive reinforcement terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang memiliki perbedaan-perbedaan satu sama lain.

  • immediate vs delayed
  • primary vs secondary
  • intrinsic vs extrinsic
  • natural vs contrived
Mari kita lihat satu per satu...

1. Immediate vs Delayed
 Immediate: Reinforcement diberikan langsung setelah respon yang diinginkan muncul.
--> contoh: Budi membersihkan kamarnya, setelah selesai langsung dibelikan es krim oleh ibunya.
Delayed: Reinforcement diberikan setelah beberapa waktu atau interval tertentu dari munculnya respon yang diinginkan.
--> contoh: Budi membersihkan kamarnya, keesokan harinya Budi dibelikan es krim oleh ibunya.

 "The more immediate the reinforcer, the stronger its effect on the behavior."

Efek yang dimunculkan dari immediate reinforcement lebih kuat dibandingkan delayed reinforcement. Subjek cenderung memilih untuk mendapatkan immediate reinforcement daripada delayed reinforcement.
--> contoh: pilih tetap disiplin untuk diet sehingga nantinya tubuh menjadi kurus, atau makan-makanan enak seperti steak dan pizza yang ada di depan mata? Mungkin ini alasannya kenapa banyak dari kalian yang gagal diet hehehe..
Jika menerapkannya pada anak kecil, sebaiknya menggunakan immediate reinforcement.

2. Primary vs Secondary
Primary: reinforcement yang secara alami disukai dan dapat memperkuat suatu respon. Dapat berupa kebutuhan dasar seperti makan, minum, kontak seksual, maupun yang bersifat psikologis seperti emosi senang, lucu, dan gembira.
Secondary: reinforcement yang dapat memperkuat karena telah terasosiasi dengan penguat yang lain. Biasanya penguat yang lain itu berupa primary reinforcement.
--> contoh: belajar giat supaya dapat nilai bagus. Nilai bagus disini sebagai secondary reinforcement karena telah terasosiasi dengan pujian dari orang tua yang adalah primary reinforcement. Nilai bagus -> dipuji ortu (senang)
Kemudian, ada yang disebut dengan Generalized Reinforcer / Generalized Secondary Reinforcer yaitu secondary reinforcer yang telah terasosiasi dengan beberapa reinforcer lain.
--> contoh: uang yang telah terasosiasi dengan makanan, mobil, pakaian, jalan-jalan. token economy yang biasanya bisa ditukarkan dengan berbagai macam hadiah, biasanya bentuk token economy seperti poin-poin yang harus dikumpulkan dan setelah mencapai jumlah tertentu bisa ditukar hadiah menarik.

Terbentuknya secondary reinforcement bisa melalui proses classical conditioning.
--> contoh: karena nilai bagus sudah menjadi Conditioned Stimulus (CS) untuk mendapatkan pujian dari ortu, maka nilai bagus bisa menjadi reinforcer untuk perilaku belajar. (kalau bingung pelajari lagi Classical Conditioning yaa)

3. Intrinsic vs Extrinsic
Intrinsic: reinforcement yang didapatkan dari melakukan tindakan itu sendiri.
--> contoh: setelah tidur, menjadi segar. Bersih-bersih membuat kita menjadi nyaman.
Extrinsic: reinforcement yang didapatkan dari objek yang bersifat eksternal dari perilaku.
--> contoh: tidur supaya tidak dimarahi ortu, bersih-bersih kamar supaya diijinkan pergi.

Perlu diperhatikan, pemberian reinforcement extrinsic pada perilaku yang sebenarnya sudah reinforcing secara intrinsic akan merusak nilai intrinsik dari perilaku tersebut, apalagi jika reinforcer ekstrinsik sudah diharapkan. Hal ini bisa menurunkan kualitas dari melakukan perilaku tersebut. 

4. Natural vs Contrived
Natural: reinforcement yang biasanya didapatkan dari perilaku tersebut. Semacam konsekuensi khas dari suatu perilaku.
--> contoh: uang adalah natural reinforcer dari menjual barang. Kenyang adalah natural reinforcer dari makan.
Contrived: reinforcement yang sengaja digunakan untuk memodifikasi suatu perilaku. Bukan konsekuensi khas dari perilaku tersebut.
--> contoh: uang sebagai reward setelah seorang anak membersihkan kamarnya. Uang tersebut bisa diganti dengan es krim atau main game.

Yah, begitulah kira-kira penjelasan mengenai positive reinforcements yang ternyata memiliki jenis-jenis yang berbeda satu sama lain dan bahkan berlawanan. Jika ada yang ingin ditanya, feel free untuk comment :)

Wednesday, May 10, 2017

Kontingensi Dalam Operant Conditioning

Pada suatu siang, gue lagi gabut segabut-gabutnya. Maklum,baru kelar uts jadi belom ada tugas numpuk haha.
Untuk mengisi kegabutan gue, akhirnya gue memutuskan untuk mengulang kembali salah satu materi kuliah gue, yaitu tentang operant conditioning dari aliran behaviorisme dalam bidang ilmu psikologi.

Kali ini gue akan membahas sedikit tentang jenis-jenis kontingensi yang ada dalam teori operant conditioning dari B.F.Skinner. Kontingensi tersebut ada empat jenis, yaitu reinforcement positive, reinforcement negative, punishment positive, dan punishment negative. Gue akan jelaskan satu per satu secara singkat.

1. Positive Reinforcement
Adalah penguatan yang bernilai positif dan bertujuan untuk meningkatkan perilaku. Mengapa bernilai positif? Karena ada sesuatu yang diberikan atau ditambahkan (+) sebagai penguat (reinforcer). Penguat yang diberikan haruslah sesuatu yang disukai (pleasure) bagi si objek yang ingin ditingkatkan perilakunya. Contoh:
a. Karena Budi males banget beresin kamar, ibunya bilang kalo Budi beresin kamarnya nanti bakal dikasih uang jajan lebih 50 ribu.
b. Ketika ujian, kalau belajar yang rajin dan dapat nilai yang bagus, akan mendapatkan pujian dari guru, teman, dan orang tua.

2. Negative Reinforcement
Adalah penguatan yang bernilai negatif dan bertujuan untuk meningkatkan perilaku. Penguatan ini bernilai negatif karena adanya pengurangan (-) sesuatu yang biasanya tidak menyenangkan atau tidak disukai bagi objek.
Reinforcement negative ini memiliki dua jenis berdasarkan tujuannya, yaitu escape dan avoidance. Escape dilakukan untuk menghentikan sesuatu yang tidak diinginkan. Avoidance dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut.
Contoh berikut untuk escape dan avoidance :
a. Escape : Membuka payung ketika hujan turun secara tiba-tiba untuk menghentikan air hujan mengenai tubuh kita.
b. Avoidance : Ketika kita keluar dari ruangan dan melihat bahwa hujan telah turun, kita membuka payung untuk menghindari terkena air hujan.

3. Positive Punishment
Adalah didapatkannya hukuman sebagai konsekuensi dari sebuah perilaku dan bertujuan untuk mengurangi  atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Ingat, bernilai positif karena ada yang ditambahkan atau diberikan dalam bentuk hukuman.
Contohnya:
a. karena banyak siswa yang malas mengerjakan pr, guru memberikan tugas 2x lebih banyak kepada yang tidak mengerjakan pr tersebut.
b. Budi melawan ibunya, sehingga ibunya memberikan Budi hukuman untuk mencuci semua pakaian kotor di rumah.

4. Negative Punishment
Adalah diambilnya sesuatu yang disukai sebagai hukuman untuk mengurangi perilaku tertentu yang tidak diinginkan. Bernilai negatif karena ada sesuatu yang diambil, namun karena ini adalah punishment atau hukuman, maka yang diambil adalah sesuatu yang dicari atau disukai.
Contohnya:
a. Budi malas mengerjakan pr, sehingga Playstation 4 miliiknya disita oleh ibunya.
b. karena suka merokok, Tono diputuskan sama pacarnya.


Sekian penjelasan singkat dari saya. Semoga bermanfaat dan dapat membantu ya. Kalau ada yang tidak jelas silahkan leave a comment ;)

Sunday, March 26, 2017

Classical Conditioning : Kekhususan dalam Classical Conditioning

Mengapa suatu organisme hanya mampu memberikan respon terhadap stimulus tertentu meskipun juga diberikan stimulus lainnya dalam suatu pengkondisian dengan Unconditioned Stimulus? Hal ini dapat dijelaskan dengan teori kekhususan dari classical conditioning berikut.

Namun, sebelum saya menjelaskan kekhususannya, perlu untuk mengetahui istilah compound stimulus, yaitu dua atau lebih stimulus yang diberikan secara bersama-sama.

Specificity dalam classical conditioning terdapat 3 jenis, yaitu:
1. Overshadowing
2. Blocking
3. Latent inhibition

Saya akan menjelaskannya satu per satu.

1. OVERSHADOWING
--> yaitu ketika anggota compound stimulus yang lebih menonjol (salient) lebih mudah untuk diasosiasikan sebagai Conditioned Stimulus dan menghambat pengkondisian stimulus lain.
Contoh :

[warna merah cerah + warna krem] (NS)  + sengatan listrik (US) ---> takut (UR)
[warna merah cerah + warna krem] (CS)                                         ---> takut (CR)

jika kedua CS tersebut kita berikan terpisah, maka..

warna merah cerah (CS)    --->   takut (CR)
warna krem (NS)                 --->   takut

2. BLOCKING
--> yaitu ketika anggota compound stimulus yang telah lebih dulu terbentuk sebagai Conditioned Stimulus akan menghambat pengkondisian stimulus lainnya.
Contoh :

- pengkondisian 1

buku (NS) + sengatan listrik (US) --> takut (UR)
buku (CS) --> takut (CR)

- pengkondisian 2

[buku (CS) + bola (NS)] + sengatan listrik (US) --> takut (UR)

- jika stimulus tersebut diberikan secara terpisah

buku (CS) --> takut (CR)
pensil (NS) --> takut

3. LATENT INHIBITION
--> yaitu stimulus yang sudah sering dijumpai atau sudah familiar akan lebih sulit untuk dikondisikan atau diasosiasikan dengan Unconditioned Stimulus dibandingkan jika menggunakan stimulus baru.
Contoh:

bola (NS) -- 30x (sudah menjumpai stimulus sebanyak 30x)

bola (NS) + sengatan listrik (US) --> takut (UR)

bola (NS) --> takut



sekian dulu ya penjelasannya. tetap semangat ><

Referensi :
Powell, R. A., Honey, P. L., & Symbaluk, D. G. (2013). Introduction to Learning and Behavior, 4 ed. Belmont, USA: Wadsworth